.. Seandainya ..
… Seandainya …
Seandainya dulu gw kuliah di Ibu kota
Seandainya gw ga kuliah di Kota Pahlawan
ini
Kalau pun gw memang harus (sudah) kuliah di
kota ini,
Seandainya dulu gw ke terima di jurusan
Arsitek.
Seandainya gw ga kuliah di Almamater (yang
udah gw lepas) ini
Kalau pun gw memang harus (sudah) kuliah di
almamater ini,
Seandainya gw mengambil opsi jurusan lain.
~Tanpa bermaksud menyebutkan siapa mereka~
Seandainya gw se-pandai si….
Seandainya gw se-borju si….
Seandainya gw se-cantik si….
Seandainya gaya hidup gw seperti si…
Seandainya hidup gw seperti…
Dan ke-Seandai-an lain yang begitu
banyaknya.
Ya, ini tentang ke-Seandai-an gw
Tentang fantasi, imajinasi, inspirasi, motivasi
atau pun kata-kata yang berakhiran-si
lainnya.
Seperti Homo
Sapiens pada umumnya yang ga pernah puas,
Yang selalu berharap lebih dan lebih
Yang selalu menginginkan ini dan itu secara
bersamaan.
**Maaf Allah kalau deretan kalimat diatas
adalah salah satu bentuk
ke-Tidak-ber-Syukur-nya aku sebagai
Hamba-Mu
ke-Tidak-Tau-Diri-nya aku sebagai
Makhluk-Mu.
.. Kenyataannya ..
Semua telah Allah rencanakan dengan indah
Tak seharusnya berkeluh-kesah
Tak seharusnya gundah
Tak seharunya melirik ke rumput tetangga
yang indah.
Seandainya hidup gw sekarang sesuai dengan
ke-Seandai-an gw
Gw juga ga yakin apa gw akan se-bahagia ini
Apa gw akan bertemu mereka yang
berlalu-lalang dalam hidup gw ini
Apa gw bisa mergelimang kasih sayang seperti
sekarang
Apa gw bisa hidup dengan beribu senyuman
Apa bisa hidup se-Nikmat ini
“iya, kalau hidup gw lebih baik,
Kalau ternyata malahan lebih buruk gimana?!!”
Seperti yang dibilang pepatah,
Rumput tetangga memang selalu lebih hijau
Tapi kalau kita hanya sibuk melirik ke
rumput tetangga
Kapan kita akan menyuburkan rumput sendiri?
Memang hanya rasa
SYUKUR dan TERIMAKASIH pada sang-Pencipta
lah
yang harus selalu kita lakukan disetiap
hembusan nafas.
Seperti janji-Nya
DIA akan menambah ke-Nikmatan untuk kita
kalau selalu berSYUKUR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar